
Generasi muda hari ini lahir dan tumbuh di tengah badai. Mereka tidak mengenal dunia yang stabil. Yang mereka tahu adalah pandemi global, krisis iklim, konflik antarnegara, dan ketidakpastian ekonomi.
Mereka tidak hidup di masa tenang, tapi di era yang serba cepat, penuh tekanan, dan terus berubah.
Pertanyaannya: apakah ini membuat mereka lebih tangguh? Atau justru lebih letih?
Tumbuh dalam Tekanan
Anak muda generasi sekarang dibentuk oleh krisis sejak usia dini. Mereka melihat dunia tutup karena virus. Mereka menyaksikan berita tentang perang, resesi, dan bencana alam hampir setiap hari.
Hal-hal ini meninggalkan jejak. Mental mereka diuji lebih cepat. Harapan masa depan menjadi lebih kabur. Banyak dari mereka merasakan stres, cemas, bahkan lelah menghadapi kehidupan yang belum sempat stabil.
Di Balik Letih, Ada Kekuatan Baru
Meski terdengar suram, ada sisi lain dari cerita ini. Generasi ini belajar cepat. Mereka terbiasa mencari solusi sendiri. Mereka beradaptasi dengan teknologi, belajar dari internet, dan menciptakan peluang di tengah keterbatasan.
Banyak dari mereka memulai bisnis digital sejak remaja. Banyak pula yang terlibat dalam gerakan sosial dan lingkungan. Mereka tidak diam. Mereka mencari makna dalam dunia yang kacau.
Tangguh, Tapi Butuh Dukungan
Ya, mereka tangguh. Tapi ketangguhan tidak berarti kebal. Tekanan hidup yang terus menerus bisa membuat siapa pun lelah, termasuk mereka.
Mereka butuh ruang untuk bernapas. Mereka butuh dukungan emosional. Dan yang paling penting, mereka butuh didengar—bukan hanya disuruh kuat.
Kesimpulan
Lahir di era krisis memang bukan pilihan. Tapi bagaimana mereka tumbuh dan merespons dunia adalah bukti kekuatan mereka.
Generasi ini bukan generasi lemah. Tapi mereka juga bukan robot. Mereka manusia muda yang belajar bertahan di dunia yang belum ramah.